15 September 2015

Kopdar Perdana Diaspora, Sederhana dan Meriah

20150915091420Setelah melewati diskusi panjang lebar lewat grup WA Diaspora, akhirnya terselenggara kopdar pertama di Surabaya. Kopdar yang diselenggarakan Selama malam (15/9/15) oleh  beberapa anggota M2net ini bertempat di Depot Pangsit Mie dan Bakso KM 35, Jl Karangmenjangan 35 Surabaya, seberang kampus Poltekes.

Saya menjadi peserta pertama yang hadir, disusul kemudian Hafata yang saat itu mengenakan stelan jilban dan rok panjang. Ex Pemred SCH 2 tahun lalu tampak sumringah memasuki lokasi. Disusul kemudian Lutfi, mahasiswa baru Unair jurusan Hubungan Internasional. Meski rona keceriaan juga menyelimutinya, aroma letih tetap tak bisa disembunyikan. "Capek karena tugas" akunya lirih.

Tak seperti kopdar-kopdar lain yang berlangsung berjam-jam, kopdar ala M2Net Diaspora cukup berlangsung singkat dan padat. Tak sampai 1 jam kami berkumpul. Tidak banyak yang diobrolkan selain kabar masing-masing. Walau singkat, suasana di depot makan begitu 'meriah'. Tak lain karena berisiknya suara sumbang karaoke pengunjung beserta lalu lalang orang-orang berperawakan mahasiswi yang mayoritas kuliah di Unair.

Menutup acara, kami bersepakat untuk terus mengadakan event-event semacam ini dalam beberapa waktu mendatang. Doakan terlaksana dan dimudahkan. Sebab, di era digital ini, perjumpaan di dunia nyata sungguh sangat susah dilakukan 🙂

Alhamdulillah...

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Reply

Satu tanggapan untuk “Kopdar Perdana Diaspora, Sederhana dan Meriah”

  1. MZ berkata:

    berharap bisa gabung sama para tetua..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

One comment on “Kopdar Perdana Diaspora, Sederhana dan Meriah”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Paruh Baya

Aktif di kegiatan tulis menulis dan membaca sejak kelas 1 SD kala sang Guru dengan lantang memanggil. Lantas berdiri ke depan, menghadap papan tulis hitam. Dengan tatapan kosong, keringat dingin, tangan penuh gemetar, memegang penggaris panjang, hingga mengeja satu demi satu susunan huruf. "Ini ibu budi"

Ternyata "bapak budi"
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram