Rupanya, blokade yang dilakukan Israel sudah sampai taraf memaksa para nelayan untuk tak mencari ikan. ‘‘Tapi, kami tak takut. Bagaimana lagi, tertembak patroli Israel memang bisa mati. Tapi, toh kalau kami tak melaut, kami juga akan mati kelaparan,” tuturnya.
Jawapos edisi hari ini. Menarik (baca=ironis) sekali apa yang diucapkan oleh nelayan tersebut. Benar, mencari nafkah adalah kewajiban. Lebih-lebih jika mempunyai anak istri. Iffah terhadap keluarga harus tetap ditegakkan. Jihad namanya.
Agaknya satu suara penduduk palestina ini cukup mewakili kenapa Hamas meroket israel. “Akses tanah kami telah ditutup oleh penjajah. Bertahun-tahun kami kesulitan cari makanan. Jadi melawan atau tidak kami tetap mati kelaparan. Dan melawan (meroket) adalah pilihan daripada hidup menyerah. Lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup dijajah.”
Iffah atau harga diri yang menjadi penyebab Hamas harus menyumbang roket ke tanah leluhurnya (daerah di Palestina yang diklaim Israel). Tanah yang diklaim Israel adalah warisan moyang mereka sendiri. Sedikitpun tak ada hak bagi israel menetapkan kaki di tanah tersebut, karena historisnya, mereka cuma lewat. Tapi israel tak tahu diri, memilih menetap kemudian memblokade sepetak sisa tanah tuan rumah. Menutup akses dari luar selama bertahun-tahun.
Seperti yang kita ketahui kemudian. Israel semakin tak tahu malu. Langsung serang Gaza membabi buta sepihak tanpa pengumuman. Begitu Gaza sudah luluh lantak, lagi-lagi secara sepihak Israel bikin gencatan senjata, padahal posisi Pejuang Palestina sudah tinggal serang. Ini mengingatkan penjajah Belanda yang minta damai disaat rakyat Indonesia giliran menyerang. (sama seperti Israel, Kompeni bilang: “Diplomasi adalah jalan terbaik.”)
Semakin tebal saja muka Israel di esok harinya. Merengek-rengek minta Hamas tidak diberi jalan dapat selundupan senjata. Amerikapun ngikut Si Muka Tembok, setuju usulan tersebut. Padahal, kalau senjata boleh dibeli legal tentu nggak perlu ada penyelundupan. Mungkin karena Hamas tak pernah korup seperti partai lainnya sehingga tak kaya-kaya. Kebetulan Amerika juga tak punya Iffah. “Yang penting senjata-senjataku laris dibeli Israel buat menyelamatkan ekonomi rakyatku yang semakin hari semakin jatuh.”
Demikian kisah fabel hari ini. Tentang Si Muka Tembok.
—
kartun sumber dari http://www.dennisholmesdesigns.com
akhirnya q bisa pertamax juga…
wah q yang ke dua deh…..sedih.
Hehehehe… aku didupak/diusir sama orang Depok Sawangan dari tanah, rumahku dan toko grosirku sendiri…aku kehilangan banyak materi dan suamiku pun menghilang pula, aku pun hampir kehilangan anakku…tetapi aku tidak sampai meluncurkan roket ke orang Depok tuh…
Memang harga diriku terinjak-injak, tapi aku tak pernah mati karena aku percaya Tuhan itu Maha Kasih dan Maha Adil.
Walaupun aku sekarang hidup di negeri orang yang istilahnya numpang (karena masih kontrak), aku hidup bahagia dan tidak kekurangan apapun.
Kalau Hamas mau menyerang Israel: tak apalah tapi ya mbok jangan bersembunyi di rumah penduduk, di sekolah taman kanak-kanak, mengitari rumah sakit…
Di sini aku pun tidak membela pemerintah Israel karena mereka juga terlalu kejam dengan membangun tembok pemisah. Tetapi tidak semua rakyat israel sejtuu dengan pemerintahannya… mereka pun tak mau anakknya mati dalam peperangan tersebut…
Sebagai orang di luar kedua bangsa tersebut… sebaiknya kita bersifat netral… tidak perlu malah memperkeruh permasalahan yang sudah rumit ini… Silahkan jika ingin membantu masyarakat yang terkena musibah tersebut demi kemanusiaan…
@Juliach
Sedih membaca kisah mbak. Semoga Allah membalas orang yang telah berbuat zolim.
Cara netral saya dengan memberitakan sesuatu yang lebih dari Hamas, karena media barat selalu menyudutkan organisasi perlawanan tersebut. Sehingga menjadi netral :P. Toh yang lebih dari info soal Hamas tidak saya tambah-tambahkan, tapi dari sumber yang selalu saya pegang. jadi kalau dipikir-pikir usaha saya masih belum menjadi netral juga karena berita soal Hamas dan Palestina pada umumnya selalu penuh kamuflase.
Hampir seluruh penduduk gaza adalah anggota hamas, minimal adalah simpatisan. berperang dengan cara ganti shift, pagi berperang sore jadi penduduk biasa. Demikian yang lain sebaiknya. Jadi mereka tidak bersembunyi, dan bukan pula ini sebuah strategi perang. Tapi karena kehidupan mereka yang sangat terhimpit. Jika mereka tidak begitu, sejak dulu gaza sudah dicaplok israel. Sejarah membuktikan sudah berapa ratus nabi yang dibunuh Yahudu (Apalagi rakyat biasa palestina), dan Yahudi tak pernah bisa mengikat janji (Perjanjian Hudaibiyah, dll).
kisahnya menarik mbak untuk bahan renungan supaya kita tidak semena-mena terhadap orang lain.
Israel melakukan gencatan senjata sepihak karena segan ama obama en amerika mo pelantikan presiden, mungkin juga mereka pulang karena kehabisan amunisi mo jemput amunisi lebih banyak lagi, mungkin juga udah capek karena simpatisan gaza gak henti-hentinya menyampaikan kecaman, bantuan, diboykot, diusir dll.
ingat israel wempi ingat livni, kenapa ya? hihihi 😀
😀 hehe
israel, palestina, semuanya memiliki ego.
Pernah dengar cerita juga kalo Amerika menjadikan Israel sebagai sarana percobaan senjata bikinan mereka, jadi kalo Israel berhasil menang perang dengan senjata bikinan Amerika, otomatis itu akan mendongkrak nilai jual karena senjata2nya telah teruji..entah benar atau salah..
Q yg k’brp n?
duh…….pakabar ni prof?