Saat Serangan Teroris Terjadi, Apa yang Sebaiknya Dilakukan?

Dhuarr!!… Surabaya terguncang. Kota yang dikenal indah toleransi, guyub warganya tiba-tiba terusik dengan aksi teroris yang menarget 3 gereja. 3 Gereja yang jadi sasaran bom adalah Gereja Santa Maria Tak Bercela, GKI di Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuno. Pelaku diidentifikasi 6 orang sekeluarga.

Beberapa jam kemudian, bom juga meledak di Rusunawa Wonocolo, Taman, Sidoarjo. Tiga orang tewas, termasuk pelaku yang diidentifikasi bernama Anton.

Peristiwa ini menambah catatan gelap aksi terorisme di Indonesia, dari bom Bali 1, bom Bali 2, Bom Thamrin, hingga yang masih hangat di Mako Brimob beberapa hari sebelumnya. Dan belum ada yang bisa menjamin aksi teror ini adalah yang terakhir.

Sebagai warga yang ikut kena imbas hiruk pikuk aksi terorisme di Surabaya, ada beberapa saran yang harus dilakukan bila kejadian ini terjadi lagi. Berdasar pengalaman pribadi.

  1. Jangan share gambar/video korban tanpa sensor di sosmed. Konon tujuan teroris untuk menyebar ketakutan di masyarakat, dengan menyebarkan berarti memperlancar tujuan mereka.
  2. TAHAN DIRI beropini. Kebenaran versi anda belum tentu diterima sebagian orang. Adanya malah runyam, potensi berkembang menjadi bullyng dan persekusi.  Malah manas-manasi. Jika mau beropini tunggu saat keadaan mulai reda.
  3. Ingat profesi anda. Jika bukan wartawan jangan ikut-ikutan menjadi reporter agar tidak menjejali isi HP temen dengan info itu-itu mulu.
  4. Para milenial susah ga ngeshare sesuatu, keburu gatel. Jika demikian:
    • Pastikan info yang mau dishare bersumber valid. Seperti contoh kemarin, share pelaku bom gereja yang gagal meledak, ternyata pelaku serangan MAKO BRIMOB. Kan malu
    • Pastikan share anda paling pertama dan/atau unik, tidak mengandung provokasi, dan melihat kanan kiri.
    • Tetap dengan bahasa santun, tidak emosional. Pokoke kepala dingin. “Anda adalah apa yang anda pikirkan”
  5. Mikir-mikir dulu untuk share banner ataupun tagar perlawanan. Sebar poster “tidak takut”, tapi lihat tetesan darah aja menjerit hehehe.. Maksudnya gini. Iya kalau motif teroris utk menebar ketakutan. Kalau ternyata balas dendam ke instansi pemerintah saja gimana. (Asumsi dari beberapa sumber).

Bagaimana kalau ada yang ngeshare berlawanan dengan 5 point diatas?

  1. Jika sharing berlangsung massif, rame-rame, tegur langsung via grup kalau itu menganggu kenyamanan bersama
  2. Jika hanya 1 orang, tegur secara japri, jangan via grup. Seringkali teguran di grup malah membuat yang bersangkutan melonjak, merasa dipermalukan di depan publik, dsb. Kebenaran memang harus disampaikan dengan cara yang baik dan santun. “Jadilhum billati hiya ahsan”.
  3. Tahan-tahanan untuk tidak merespon. Ngempet sekuat tenaga. Respon anda dikuatirkan malah menjadi debat kusir dan berakhir left. Biarkan saja, mungkin dia lagi butuh eksis kelas kampung(an). hehehe. Kalau ga ada yg ngerespon lama-lama akan malu sendiri. Seharusnya. Terkesan postingannya tidak mendapat respek temen-temen.

Sekian, jika ada tambahan taruh di komentar.

Leave a Reply

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *