8 Maret 2010

Ratusan Massa Blogger Duduki Mahkamah Konstitusi

blogger menguasai MK"Jangan macam-macam dengan blogger. Dengan duduknya kita di sini mencerminkan konstitusi bisa diubah oleh blogger." komentar Novianto Puji saat memberi testimoni di sesi terakhir acara Amprokan Blogger Bekasi 2010, Minggu (7/3) kemarin. Tentu pernyataan wakil dari komunitas TPC tersebut bukanlah mengandung arti sebenarnya, buktinya para blogger langsung tertawa dan memberi tepuk tangan.

Sebanyak 200-an blogger dari berbagai penjuru Indonesia memang berkumpul di aula Mahkamah Konstitusi Bekasi untuk Seminar dan diskusi interaktif bertema e-government dan peran blogger. Acara yang dimulai pkl 09.00-15.30 terbagi dalam dua sesi dengan menghadirkan dua keynote speaker untuk masing-masing sesi yakni Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring dan Walikota Bekasi H. Mochtar Mohammad. Adapun bertindak sebagai pembicara adalah Romi Satrio Wahono (Pakar IT), Budi Putra (Country Editor Yahoo Indonesia), Nukman Lutfhie (Praktisi IT) dan Bupati Sragen Untung Wiyono (Pemimpin daerah yang berhasil menerapkan e-government dengan baik).

Sayangnya pejabat yang digadang-gadang hadir dan memang ditunggu oleh blogger terkait kebijakan RPM, Pak Tifatul Sembiring berhalangan. Sebagai gantinya diutus staff khusus Menkominfo. Dari staff khususnya tersebut terbongkar rahasia kalau dialah yang membuatkan account twitter @tifsembiring, bukan Pak Tifatul sendiri. Karuan pengakuan tersebut disambut tawa oleh hadirin.

"Masa menteri informasi ga bisa bikin account." celetuk salah satu blogger. "ndak papakan, namanya juga pejabat sibuk, yang penting aspirasi di twitter dapat difollowupi ." timpal yang lain.

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Paruh Baya

Aktif di kegiatan tulis menulis dan membaca sejak kelas 1 SD kala sang Guru dengan lantang memanggil. Lantas berdiri ke depan, menghadap papan tulis hitam. Dengan tatapan kosong, keringat dingin, tangan penuh gemetar, memegang penggaris panjang, hingga mengeja satu demi satu susunan huruf. "Ini ibu budi"

Ternyata "bapak budi"
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram