9 September 2008

Perkembangan IT di MA Alhikmah 2

Perkembangan IT umumnya ditandai dengan kehadiran sebuah hardware yang bernama komputer, kemudian menyambung dengan akses internet. Komputer tanpa internet informasi akan sulit didapat, demikian juga internet tanpa komputer adalah sesuatu yang mustahil, setidaknya untuk kebanyakan pelajar. Pelajar, demikian guru, akan terasa berat jika harus memakai HP, PDA, dan semacamnya untuk mengakses internet mengingat harga yang relatif mahal bagi kantong mereka.

Di malhikdua, masuknya komputer berawal dari era Pak Tamam saat menjabat kepala sekolah, satu periode sebelum sekarang. Disusul dengan adanya program komputer yang menjadi salah satu pilihan studi bagi siswa. Programnya cukup aplikatif dimana pada libur panjang siswa wajib mengikuti PKL di perusahaan-perusahaan mitra malhikdua.

Internet sendiri masuk pada tahun 2001 dengan mengandalkan jalur telkomnet instan. Akses internet saat itu, walau sebatas email, sangat dirasa manfaatnya karena koneksi malhikdua tidak saja dari institusi dalam negeri, tapi juga menjangkau Mesir, Maroko, dlsb.

Demi kompetensi dan peningkatan SDM, sekolah mengadakan program pelatihan pembuatan website bagi para staff. Hasilnya, website malhikdua.com hadir. Berbanding lurus dengan kehadirannya, orang tua dan alumni mulai memanfaatkan malhikdua.com untuk mengetahui perkembangan sekolah, membaca berita, agenda, hingga sekedar kangen-kangenan.

Era terus berkembang, pembenahan sana-sini terus dilakukan demi penyesuaian-penyesuain. Sekarang, sekolah tidak saja memiliki malhikdua.com, tapi juga malhikdua.sch.id yang mengukir prestasi nasional, blogmalhikdua yang menjadi komunitas blogger keluarga malhikdua, dan INTRANET.

(bersambung)

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Paruh Baya

Aktif di kegiatan tulis menulis dan membaca sejak kelas 1 SD kala sang Guru dengan lantang memanggil. Lantas berdiri ke depan, menghadap papan tulis hitam. Dengan tatapan kosong, keringat dingin, tangan penuh gemetar, memegang penggaris panjang, hingga mengeja satu demi satu susunan huruf. "Ini ibu budi"

Ternyata "bapak budi"
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram