6 Langkah Awal Membangun Website Sekolah - Jalan Sunyi

24 Januari 2018

6 Langkah Awal Membangun Website Sekolah

Keberadaan website sebagai alat informasi sudah tak terelakkan, dari organisai hingga perusahaan telah memanfaatkan website dengan beragam tujuan, pun demikian dengan sekolah. Setelah merasakan keefektifannya, banyak yang mulai meninggalkan brosur yang banyak makan biaya cetak. Apalagi melihat kebiasaan orang membuang brosur ketika sudah diterima. Sayang bukan.

Memenuhi janji teman yang pagi-pagi minta advice bagaimana membangun website sekolah, di postingan kali ini saya akan mengurainya, berdasar pengalaman tentunya. Saya coba runtut 6 tips awal. Namanya membangun tentu juga harus runtut bukan. Harap bersabar.

Pertama, kenali masalah klise IT sekolah

Secara umum website masuk bidang ICT atau TIK, Teknologi Informasi dan Komunikasi. Keywordnya adalah "informasi", "komunikasi", dan "teknologi". Namanya informasi dan komunikasi patutnya masuk ranah kehumasan seperti di perusahaan-perusahaan, namun banyak sekolah memasukan website dalam unit kerja komputasi. Akibatnya, setelah website dibikin, usianya bisa dihitung bulan. Macet, alias gak apdet. Karena orang komputasi tak lihai dalam komunikasi.

Seharusnya kalau uptodate isinya, website menjadi unit kerja kehumasan. Dan humas sekarang ini (orang menyebutnya humas modern) cukup bergengsi dan dicari, paling mengikuti trend seiring perkembangan jaman. Sebagaimana sifat media, orang humas bisa pegang kendali informasi, apapun alat media jadi otoritasnya.

Sayangnya yaitu tadi, humas di sekolah seringkali tak berdaya. Humas dipegang oleh orang-orang yang tak paham era informasi sekarang ini. Ada yang bilang humas merupakan jabatan titipan, jabatan kelas dua, atau sejenisnya. "Karena tak enak kalau namanya tidak tampil dalam boarding structure sekolah. maka ditaruhlah di HUMAS." Kata seorang kawan. Ntahlah.

Bila dianalisa lebih lanjut akan dijumpai 5 faktor website sekolah sulit berkembang seperti yang pernah saya baca di blog Marsudiyanto.info. Saya sebut 3 saja karena 4 dan 5 lupa.

  1. Orang yang paham IT tak pegang data
  2. Orang yang pegang data tak paham IT.
  3. 1 dan 2 tak pernah duduk bersama.

Silakan anda artikan 3 faktor diatas. Itu adalah realita yang sebentar lagi anda hadapi. Selanjutnya jika sudah kenal masalah umum ini Anda boleh lanjut ke dua.

Kedua, kenali kemampuan sekolah

Kemampuan dalam hal pembiayaan. Umumnya sekolah akan berat membiayai website karena barangnya tak kasat mata. Walaupun sudah era informasi digital tapi masih banyak guru tak paham website itu apa, bentunya kaya gimana, padahal tanpa sadar sering mengaksesnya lewat share link share link dari grup WA.

Masalah biaya, banyak rekan di sekolah mensiasati dengan mengambil anggaran LAB Komputer, karena paradigma melekat web adalah komputer. Ga masalah, asal ada dana yang dikeluarkan untuk website. Sebagai awalan, website bisa dibangun dengan biaya Rp. 160rb an. Rinciannya domain SCH.ID 60rb dan hosting 300MB (100rb an). Atau kalau mau menghemat lagi bisa memanfaatkan domain hosting gratis yang tersebar banyak penyedia jasa. pastinya untuk gratisan saya hanya merekomendasikan Blog Malhikdua.com. Kalau ada problem responnya cepat. Hahaha.

Ketiga, dekat-dekat petugas TU atau pihak yang punya data sekolah

Salah satu kendala utama website sekolah adalah 'minim'nya data. Data sebenarnya banyak, tapi tak tau informasi apa saja yg hendak ditampilkan. Nah, lengket ke petugas terkait data, biasanya Tata Usaha (TU) akan sangat membantu, kalau tau anda yg ngurusin website bisa-bisa dapat tempat di hati mereka, dapat tempat akses juga. Jadi kalau mau update sudah ga perlu nyari ke warnet terdekat, atau lab komputer. Tapi langsung di kantor TU. Spesial bukan.

Keempat, Rancang Menu

Abaikan dulu soal tampilan. Sebagus apapun theme kalau data kurang mendukung ya percuma juga. Menu website itu bebas sebebasnya tergantung kreativitas dan kebutuhan sekolah dalam penyajian informasi. Jika bingung, berikut adalah prinsipil menu alias menu dasar website sekolah. Sekalian buat acuan saat menjalankan point ketiga.

  • Beranda
  • Tentang sekolah
  • Sambutan kepala sekolah
  • Sejarah dan latar belakang sekolah
  • Logo sekolah
  • Visi, misi, dan tujuan
  • Struktur organisasi
  • Kurikulum
  • Jadwal pelajaran
  • Album Foto
  • Kontak

Kelima, tentukan nama domain dan pilih hosting yan tepat

Domain adalah nama wewewe-nya, kata yang diketikkan pengunjung di address bar untuk menuju website. Misal : malhikdua.sch.id . Saat beli domain biasanya 1 paket dengan tawaran hosting, server tempat menaruh website. Untuk awalan 300MB saja sudah cukup, jangan kurang karena admin awam sering kalap saat upload foto. Ada banyak penyedia jasa yang menjual domain beserta hosting. Googling aja pake Yahoo. Atau kunjungi langsung website m2net.asia, penjual banyak extensi domain seperti .COM. .NET, ID, .ORG, .CO, .SCH.ID dll. M2Net juga melayani hosting dari ukuran mini sampai extra. Ada paket gratisnya juga. Nah loh promo..

Keenam, mantaskan diri bisa bikin

Setelah data sudah didapat dan menu sudah dirancang sekarang saat tepat anda meyakinkan diri bisa membuatnya. Kalau tak yakin percuma saja, gak lama anda bisa mutung tengah jalan.  Tak susah koq bikin website. 90% paket hosting menyediakan tools web builder, seperti fantastico dan softcaulus yang menyediakan instalasi wordpress, salah CMS  yang cukup populer dan powerfull dalam membuat website. Baiknya mencari pendamping yang bisa mengajarkan anda cara membuat website untuk pertama kali.

Yup. 6 saja kiranya cukup dalam mengawali pembuatan website. Masih start, belum saatnya tahap membangun yang Insyaalllah akan saya sambung di seri tulisan berikutnya. Selamat memulai.

Sumber foto: dikdasmenska.com

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Paruh Baya

Aktif di kegiatan tulis menulis dan membaca sejak kelas 1 SD kala sang Guru dengan lantang memanggil. Lantas berdiri ke depan, menghadap papan tulis hitam. Dengan tatapan kosong, keringat dingin, tangan penuh gemetar, memegang penggaris panjang, hingga mengeja satu demi satu susunan huruf. "Ini ibu budi"

Ternyata "bapak budi"
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram