Secara tiba-tiba seorang aparat menghentikan laju motorku. Aku yang sudah siap putar arah terpaksa harus injak rem.. “Gimana anda ini mas. Lajur kanan koq dipakai motor.” Bentak petugas itu. Aku cuma senyum, tepatnya menyeringai, mencoba menutupi hati yang dongkol. Gak perlu kujawab panjang lebar, sedikitpun aku tetap ditilang. Selanjutnya aku dikeler ke Pos, diminta surat kelengkapan, dan langsung tanda tangani berita acara untuk sidang.
Hari ini adalah jadwal sidangku di Pengadilan Negeri. Hanya sebuah pelanggaran kecil. Aku lupa kota ini sangat disiplin lalu lintas. Jangankan salah lajur, posisi motor tepat digaris anda bakal kena semprit. Eksekusinya pun tidak bisa dengan salam tempel. Anda bisa dikenai pasal penyuapan, atau parahnya penghinaan institusi seperti yang dialami kawan saya. Sangsinya tahanan.
Entah kenapa saat itu aku tidak berpikir sama sekali, atau mungkin sudah lama aku tak berseliweran di kota ini. Aturan-aturan semacam itu sedikitpun tak hinggap dalam ingatanku. Yang kuingat saat itu aku sedang mengantar seorang kawan ke stasiun. Kawan yang datang dari jauh tentu tak layak ditelantarkan. Terlebih ini kota buaya. Sudah tradisi turun temurun, setiap tamu, teman, kawan, sahabat, yang datang ke kota ini selalu minta diantar jalan-jalan, termasuk mencari ikan yang sudah menjadi icon kota. Beruntung, dari setiap tamu yang kuantar, begitu sampai di pasar ikan, tak satupun yang minta berhenti. Entah kalau diam-diam kawan itu menghapal rute lantas kapan-kapan datang dan beli tanpa sepengatahuanku.
Tapi tradisi yang sudah mengakar itu kulewatkan. Niat diawal yang sudah bulat kubatalkan begitu saja. Setidaknya untuk sementara waktu, demi mengejar kereta yang tak mungkin ditunda. Lantas aku belokan arah motor melintasi marka. Pacu motor lebih kencang. Sigsag sana sigsag sini. Hingga aku sampai di kursi terdakwa ini. []
——-
Harusnya aku tetap istiqomah. Tidak melanggar tradisi.
(“,)
oooh…ternyata…surabaya lebih disiplin daripada purwokerto toh? baru tahu…
halah ngeri juga yap kedisiplinannya.harus extra hati-hati nih
Priiiitttt… minggir mas, aku arep komentar kih!
sido piro dendone??? prabayar po pasca bayar???
Suroboyo ternyata tertib banget yo? Bahkan pasar ikan-nya juga tertib, meskipun tetap beraroma amis 😛
Menurut saya, sebaiknya antara pengguna jalan raya dan pihak keamanan (Polantas) saling menjaga hubungan yang baik, sedemikian hingga segala proses penggunaan jalan raya dapat lancar dan meminimalkan kecelakaan di jalan raya.
Adapun beberapa hal yang mendukung dalam hubungan baik tersebut adalah ;
1. Pengguna Jalan Raya (Tidak Terkecuali Sipil maupun Militer) Sebaiknya mengikuti rambu-rambu lalu lintas
2. Pengguna Jalan Raya Jangan Membiasakan Diri Untuk Menyokok/ Menyuap Pihak Keamanan (Polantas) Bila Terjadi Pelanggaran Rambu Lalu Litas, agar Pengguna Jalan Raya Memahami Benar Kesalahan dan Kekurangan Yang Di Perbuat dan Demikian Juga agar Pihak keamanan dapat bertidak dan bertugas profesional.
Regards,
http://wisata2day.blogspot.com
weleh mas ikan juga bisa tertib kok orang malah ga bisa tertib ya …..
@mantan kyai :
Pasca bah
@Dony Alfa :
Mas dony tahu aja dengan sandi-sandi suroboyo 🙂
@Bonages :
Moga yang berwajib baca comment ini
@nafisa
tanya ka ishak 😛
wah.. pengalaman yang sering saya alami juga, tapi tidak sampai ke kursi terdakwa…. karena sebelum sampai, sudah ada kata damai…hehehehehe.. selamat menikmati ya Mas Novi…..
itu yang lebih bagus dari pada tercecer hahaha
makanya lain kali hati-hati ya mas….
meskipun terburu-buru, tetapi harus tetap hati-hati donk…
berarti mas baban seringnya ga hati-hati ya???
berusahalah jadi orang yang disiplin lalulintas donk…..
@ya tanya ma ishak kisah sebenarnya 😛
Bukannya ada slip biru. Sidang, hanya jika si pelanggar tidak terima dengan tuntutan polisi.
ASSSSSSSALAAAAAAAAAMU’ALAIKUUUUUUUUM