slot slot qris slot online https://stksteakhouse.com/wp-content/yeazy/pertama/ https://aciem.org/wp-content/gallery/okegas/ slot bonus https://rsm.bdu.ac.in/assets/frontend/slot-thailand/ https://pusparaja.tasikmalayakab.go.id/demigod/ https://desa-semamung.sumbawakab.go.id/misi/
togelup togel online togel HK togel SDY togel kamboja togel online terpercaya bandar togel terpercaya situs toto bandar togel online
Paman Gembul Menyoal Tuduhan Penghinaan Atas Pesantren - Jalan Sunyi

18 Februari 2012

Paman Gembul Menyoal Tuduhan Penghinaan Atas Pesantren

Konon, kata orang-orang jurnalis, berita yang usianya melewati 3 hari sudah dianggap basi. Pastinya itu dulu, ketika wartawan masih disebut kuli tinta, kemudian kuli disket. Sekarang, setelah tren jurnalistik online mewabah ukuran kebasian sebuah berita bukan lagi hitungan hari, jam, ataupun menit, tapi keberadaan berita yang sama dari media kompetitor. Yang perlu diingat media kompetitor sekarang bukan lagi dikuasai oleh media arus utama, tapi juga media-media milik para ranablog yang jumlahnya ribuan. Belum lagi info-info di twitter yang lebih sering mendahului daripada media resmi.

Lantas apa hubungannya prolog diatas dengan judul. Ya, saya, paman gembul, pembina M2Net (bersama Pradna dan teman2 lain) akan bercerita tentang video yang dianggap menghina bagi sebagian orang di pesantren. Cerita saya ini pasti dianggap basi karena kasus tersebut sudah tidak bergema lagi. Bukan karena saya telat tapi ingin menjaga jarak aman agar tidak menimbulkan permasalahan baru. Mengingat posisi saya masih memungkinkan untuk keluar masuk pesantren yang dimaksud. Kalau ada apa-apa saya bisa babak belur, sedang teman-teman lain sudah pasti aman. Seperti kang Pradna yang rencana tak mau lagi masuk ke area pesantren, lebih milih nunggu di parkiran katanya... he he he.. Sebuah penggambaran sadis tentang kondisi di sana. Padahal saat berita tersebut memanas, suasana di pesantren sangat tenang dan damai. Kalaupun ada kisah seorang anggota M2net yang dipanggil pengurus lewat corong speaker, seperti yang beritakan di detik.com hanyalah salah satu fragmen dari sejuta dinamika di Pesantren. Yang bersangkutan pun tidak tahu kalau kasus ini sampai masuk di media arus utama. [Baca ini di detik.com] dan [Baca itu di detik.com juga].

Jadi kembali saya tegaskan, kalau saya baru cerita sekarang bukan berarti saya blogger pemalas, tapi memang ingin menunggu moment yang pas. Menunggu semuanya reda hingga kepala pihak-pihak yang tersangkut tidak lagi panas. Saya pun sebenarnya tak perlu mengungkap kasus ini kembali mengingat tradisi kasus di pesantren seringkali hilang begitu saja, tanpa ada upaya cek silang, tabayyun, dan semacamnya. Namun yang hilang biasanya akan muncul lagi ke permukaan, tergantung tema politis yang ada. Maka dari itulah, saya harus berterus terang tentang masalah film ini, semacam buku putih, sebagai bentuk tanggung jawab atas ide yang sempat merepotkan sebagian pihak di pesantren. Atas hal tersebut saya minta maaf sebesar-besarnya.

Selain minta maaf saya juga ucapkan terima kasih atas kebesaran hati para pihak, utamanya pengurus dan jajaran pengelola pondok atas diikhlaskan film tersebut beredar. Keikhilasan tersebut (plus dukungannya) secara tidak langsung menjawab tuduhan penghinaan atas pesantren. Bahwa sebenarnya ke tiga film tersebut tidaklah mengandung unsur penghinaan. Bahkan dalam pesantren modern semacam Al Hikmah 2 rupanya telah menjunjung kebebasan berekspresi sebagaimana tema di film.

Ya, Jika memang kebebasan berekspresi dikekang pastinya film tersebut tak akan pernah ada bukan.. []

Pesan yang ingin saya sampaikan cukup simple : berpikir positif saja terhadap apa yang kami buat. Dipostingan berikut akan saya beberkan rahasia di balik pembuatan trilogi film, plus agenda undangan ke Singapura oleh Google. Tentunya gara-gara film ini.

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Reply

8 tanggapan untuk “Paman Gembul Menyoal Tuduhan Penghinaan Atas Pesantren”

  1. Fajrul berkata:

    Ya. . Memang.
    Film trsbt jg membwt para alumNi kangen pnd0k lg.. Teringat dh.
    Ambil hkmah nya aja. .

  2. dloen berkata:

    lah kok....
    dloen berarti ga updute nch>>>>>>

    padahal kan film~ yg di ma Pradna Bagus, unik dan harus dibanggakan,,,kok???
    ceritaainnnnnn mazzz?????

    ada hub ma q y???

  3. yang penting tujuannya ...

  4. iecha berkata:

    tapi kalo ndak ada konflik kayak gini pasti ndak bakal seheboh ini.. hhhe....

    satu langkah dewasakan diri

  5. 4rever berkata:

    sempat ikut panik. +_+

  6. Elwahyu berkata:

    Iya .. tuh
    Media sekarang lagi krisis moral banget
    Benar itu positive thinking aja!

  7. sawali tuhusetya berkata:

    ibarat kran yang tersumbat, mas novi dan kang pradna mencoba membukanya. hal yang wajar terjadi ketika kran berhasil terbuka, airnya nyemprot ke mana2. tapi insyaallah, semuanya akan lancar2 saja setelah semua beban yang menyumbat tumpah. terus berkarya utk bangsa, mas novi dan kang pradna. salam kreatif.

  8. luluhmm berkata:

    Semoga tidak berkelanjutan.
    Tapi masih tetap semangat kan paman? 🙂

Tinggalkan Balasan ke Elwahyu Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

8 comments on “Paman Gembul Menyoal Tuduhan Penghinaan Atas Pesantren”

  1. lah kok....
    dloen berarti ga updute nch>>>>>>

    padahal kan film~ yg di ma Pradna Bagus, unik dan harus dibanggakan,,,kok???
    ceritaainnnnnn mazzz?????

    ada hub ma q y???

  2. ibarat kran yang tersumbat, mas novi dan kang pradna mencoba membukanya. hal yang wajar terjadi ketika kran berhasil terbuka, airnya nyemprot ke mana2. tapi insyaallah, semuanya akan lancar2 saja setelah semua beban yang menyumbat tumpah. terus berkarya utk bangsa, mas novi dan kang pradna. salam kreatif.

Tinggalkan Balasan ke Elwahyu Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Paruh Baya

Aktif di kegiatan tulis menulis dan membaca sejak kelas 1 SD kala sang Guru dengan lantang memanggil. Lantas berdiri ke depan, menghadap papan tulis hitam. Dengan tatapan kosong, keringat dingin, tangan penuh gemetar, memegang penggaris panjang, hingga mengeja satu demi satu susunan huruf. "Ini ibu budi"

Ternyata "bapak budi"
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram