Menemukan Lingga Yoni di Gua Sepalawan

Diantara bloger yang berkumpul di rumah gentokelir kemarin barangkali tinggal saya yang belum melaporkan hasilnya. Disebabkan dari senin hingga Selasa sore pekerjaan sangat menumpuk. Tidak banyak yang saya ceritakan, disamping malam yang semakin larut dalam kantuk, juga telah banyak postingan serupa dari teman-teman dengan versinya masing-masing.
Saya sendiri newbie dalam silaturahmi ini, ikut karena ajakan Mantan Kyai yang sekarang lagi naik daun dikalangan pesantren. Beserta Ardyansah si mantan Kyai, kami yang baru saja menuntaskan acara Bloging 2 hari di Bumiayu, dijemput Mas totok di terminal Purworejo, jam 2 siang. Rumah mas totok yang kukira di kota ternyata sangat jauh. Ada 20 KM kearah perbukitan Menoreh. Begitu niat. Mungkin karena bloger ketemu bloger bagaikan seseorang yang saling bertemu di perantauan. Setiap kopdar (kopi darat) menjadi sesuatu yang sangat luar biasa.

Searah dengan tujuan mas totok menyempatkan kami untuk sholat di Masjid Kota Purworejo. Bukan tanpa alasan mas totok ngajak kesini. Disini memang biasa menjadi tempat tujuan wisatawan karena Masjid ini sangat legendaris bagi penduduk setempat. Didalamnya terdapat Bedug raksasa. Namanya Bedug Pandawa. Dibuat tahun 1762 Jawa / 1834 Masehi, kira-kira sejaman dengan Pangeran Diponegoro. Nama Pendowo sepertinya karena bedug tersebut dibuat dari pohon jati bercabang lima (pendowo) dan berasal dari dukuh Pendowo. Kata mas totok, didalam bedug ini terdapat gong yang difungsikan untuk pengeras. Sedemikian kerasnya, desa mas totok yang berjarak 20 KM bisa mendengar. Namun tidak setiap sholat bedug ini ditabuh, hanya hari-hari tertentu seperti hari Jumat dan hari besar masyarakat bisa mendengarnya.

Melanjutkan perjalanan ke desa mas totok, pemandangannya sangat indah.

Seekor monyet nangkring di pohon depan rumah gentokelir. Monyet ini sangat pemalu jika bertemu dengan primata lain sebangsa manusia. Namun dibalik malunya dia sangat trengginas dalam mewarisi keahlian tuannya, terutama jika dipijami laptop.

Selain monyet, tuan rumah juga memelihara kambing etawa. Pantas saja sepanjang perjalanan masuk desa Kaligesing banyak dijumpai motif kambing, dari patung hingga relief-relief. Disini memang sentra kambing etawa. Kambingnya besar-besar nyaris seukuran sapi. Menurut ceritanya kambing etawa berasal dari India yang dibawa seseorang saat penjajahan.

Gua Sepawalan dipotret dari dalam. Nama sepalawan diambil dari banyaknya kelelawar yang bersarang didalam gua. Saat itu ditemukan emas berbentuk patung dua sejoli seberat 15 KG. Pengambilannya sangat dramatis dengan mengusir kelelawar yang jumlahnya ribuan. Genthokelir menyaksikan sendiri bagaimana kelelawar-kelelawar terbang menyerupai cendawan raksasa diawan saat pengambilan patung emas. Patung emasnya sekarang sudah dipindah ke Jakarta. Biasalah, jakarta selalu serakah dengan mengambil kekayaan seluruh negeri. Patung yang ada di gua sekarang hanya imitasi alias tiruan.

Hampir seluruh peninggalan kerajaan di Indonesia berupa lingga yoni. Termasuk seperti yang ditemukan di komplek gua Sepalawan. Lingga Yoni dipercaya sebagai sumber dari kesuburan. Penganut kepercayaan tersebut kadang menyiramkan air pada Lingga dan kemudian air yang mengalir melalui yoni ditampung dan selanjutnya disiramkan pada tanaman padi atau tanaman lainnya. Sebenarnya apakah peninggalan inimerupakan lingga yoni adalah masih misterius. Saya hanya melihat dari bentuknya saja. Sementara genthokelir saat dikonfirmasi enggan menjawab. Sepertinya ada yang dirahasiakan dari perbuatan leluhurnya :).

Kisah dalam versi lain tentang kumpul bloger Timur Tengah (Jawa Timur dan Jawa Tengah) bisa anda baca di link-link bawah ini :

Leave a Reply

29 komentar untuk “Menemukan Lingga Yoni di Gua Sepalawan”

  1. wah, asyik banget ya kumpul2 sambil tamasya gitu..menjalin persatuan dan kesatuan..
    bagus2 potonya…

    itu yg jejer2 maen laptop di kamar gua atau dimana tuh ? hehe, bisa akses inet ya ?

  2. @ipang : kan jadi satpam 🙂
    @gajah pesing : salam kenal jg. aku sampe penasaran dengan sampeyan. nama anda disebut berkali-kali saat kumpul kemarin
    @kyai slamet : editkan gmn? bukankah Mantan Kyai ahlinya :). terus sampeyan gak ada di acara, jadi bingung nyari sosok penggantinya di foto. masa si satpam itu haha hah a
    @rayearth2601 : tepatnya di ruang keluarga genthokelir. katanya hasil perbuatannya kang diman, jadi radius berapa ratus meter dari puncak gunung mengandung udara hotspot. sebenarnya bisa lebih, tp dikomplain radio lain. ganggu frekuensi katanya. dan itu semua juga katanya mas toto he he he he.. tp percaya orang baik gakan bo’ong

  3. @genthokelir : ga ada sama sekali mas. ga mungkin nahan komentar orang lebih2 dari njenengan. bisa kualat nanti :). Insyaallah, saya juga berharap begitu. ketika ngeblog tukar menukar ilmu sering terjadi. tp begitu kopdar, kuakui…ilmu jadi banjir sebanjir benwit di gunung kelir. dan saya jadi tampak bodoh disana.

  4. Woi mas Novi! Wah, sayang sekali saya tak bisa turut serta dalam acara kumpul2 itu. Ziarah wali blogger nanti sampeyan ikut kan? Semoga kita bisa bersua di sana. Hidup blogger Timur Tengah!
    Oya, tolong sampaikan salam dan doa saya buat mas Mantan Kyai

  5. @nafisa
    bukan novy, tapi novi

    @donny alfan
    saya juga sayang ga bisa liat njenengan. Ziarah wali bloger? kabarnya kita sdg merencanakan. btw, emang ada wali bloger yg almarhum? koq pake nama ziarah

  6. mas nopi juga ga kalah jauh dengan mantan kiyai. mas nopi kan sudah melejit dari dulu di pesantren pertama kali ada blogmalhikdua. dulu salahnya langsung ngomong dah punya istri sie.. jadi ga se melejit mantan kiai. nanti kalau kenalan di daerah baru jangan nyebutin setatusnya. aku jamin banyak yang langsung ngefen..btw monyet nya cantik juga yah….aku hampir kalah. 🙂

  7. awalnya aku ga biasa bo’ong… tp sekarang… ha ha ha ha
    tp km aneh jg. nyaranin ga bilang “punya istri” malah sebut-sebut “istri” di koment. smua orang didunia jadi tahu… rese lu

  8. @denologis
    wah masnya koq tahu ttg itu. pasti telah ngeklik gambarnya ya 🙂

    @Lovelydee
    senang juga. smg segera lulus kuliah .. (nah loh sok tahu 🙂

  9. Pingback: Kesempurnaan Ramadhan di Rumah Pak Sawali

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *