Kemarin saya mendapat informasi dari salah seorang penggiat informasi di Pesantren tentang tawaran pelantikan untuk anggota M2net. Kabar tersebut cukup membuat saya ‘panik’. Lho koq? bukankah itu positif, tanda pengakuan eksistensi sekolah terhadap M2Net, sebuah organisasi penggerak masyarakat ‘melek’ informasi yang selama ini jalan gerilya di pesantren.
Benar, tampak itu adalah pengakuan eksistensi M2Net dan saya telah haturkan terima kasih dalam surat tanggapan kepada Pak Jamil yang saya anggap mewakili pihak sekolah. Namun terima kasih saya lebih pada upaya positif sekolah dalam menguatkan komitmen anggota pasca dilantik. Karena, sebenarnya ini bagai ‘jebakan’ walaupun tentunya beliau tidak berniat demikan. Jebakan bagaimana maksudnya? Yap. Bahwasanya pelantikan anggota potensi menimbulkan kesalahan persepsi dikalangan siswa dengan menganggap M2net adalah organisasi siswa.
Untuk diketahui bahwa M2Net sebenarnya bukanlah organisasi siswa, pengelolaan M2Net tidak melalui kaderisasi, anggota M2Net bisa keluar masuk berdasar kebutuhan posisi tenaga yang dibutuhkan. Menarik jauh kebelakang, awal pendirian M2net diisi oleh Kruchild dan beberapa guru (Pak Barnawie, Pak Izhak, Pak Wakhid, dan Bu Nur dikala itu), dan memang secara fungsi M2Net lebih diperuntukan jalan di level guru. Jika sekarang banyak siswa/siswa yang mendominasi M2Net karena (mungkin) keengganan guru untuk turut membangun masyarakat informasi, disamping adanya miskomunikasi dan kurangnya sosialisasi di sekolah.
Lewat M2Net saya memiliki banyak program tapi sering terkendala oleh kondisi di pesantren, keterbatasan SDM dan terbatasnya waktu menjadi faktor utama. Satu contoh di tahun lalu, melalui Akhi Iqbal -yang saat itu diamanahi Pak Sulkhi jadi ketua M2Net- ada program pembekalan OSIS dan sub-subnya. Judulnya: Pelatihan dan Pendampingan Humas-humas organisasi. Program ini katanya sudah diapproval sekolah tapi hingga kini belum terlaksana dan menguap begitu saja. Hilang tiada kabar.
Dari record tersebut kiranya bisa dipahami bagaimana sebenarnya M2net memposisikan keberadaannya terhadap organisasi di Sekolah. M2Net adalah mitra organisasi, M2Net adalah supporting/alat sekolah yang tak mungkin diisi oleh siswa/siswi kecuali sekedar sebagai tenaga pembantu. Posisi yang hanya bisa dipegang oleh siswa/i hanyalah di bagian tenaga pencari dan pembuat berita. Dan itu sangat dasar sekali karena posisi lainnya dipegang oleh alumni dan beberapa relawan lain seperti saya, kang Pradna, dll.
Dengan adanya pelantikan, saya kuatir M2net menjadi terkotak, menimbulkan eksklusivitas, pada akhirnya bisa menghalangi gerak aktivis dalam menjalankan visi dan misi M2Net itu sendiri. Lebih lanjut dari itu, setelah pelantikan dikuatirkan anak-anak yang telah masuk ‘zona nyaman’ organisasi cenderung mengharap ada pelatihan/pembelajaran, males bergerak, dsb. Media Informasi sangatlah dinamis, masuknya anak-anak di zona tersebut justru dikuatirkan bisa menggangu status belajar/mengaji mereka di sekolah dan pesantren.
Tanpa bermaksud menolak tawaran sekolah, saya lebih berharap M2Net diberi ruang dan waktu dalam membekali organisasi-organisasi di sektor informasi agar bisa menjadi penyeimbang informasi di sekolah, daripada kegiatan pelantikan yang nantinya berpotensi merepotkan kami dikarenakan sifat M2Net yang terbuka, tidak berdasar periode dan kaderisasi. ***
beneeeer
bener tu….
Terus akhirnya jadi ada pelantikanya ngga mas ?
semoga ga ada. kalau masih ada berarti sekolah benar2 ga paham atau tidak pernah mau memahami 🙂
ya udah deh.
kalau menurutku s, sekolah sebenernya sudah melirik m2net, tidak seperti dulu lagi. Cuman sistem dan apa yang di harapkan m2net terutama pemikiran mas nop belum bisa di serap sepenuhnya oleh struktural. Itu karena ya, minimnya komunikasi.
13-14 Oktober kalau ga ada halangan sudilah bergabung dengan temen2 di Benda.